- BPKB Mobilnya Raib, Anggota Polisi Lapor SPKT
- Bertekad Wujudkan Generasi Unggul, Berkarakter dan Berbudaya, Legalitas Gudep Pramuka Dibenahi
- 10 Tahun Tanpa Kabar, Margareta Minta PJTKI Kembalikan Anaknya
- Tertib Data Penduduk, Lurah Lewoleba Barat Bertekad Serahkan Akte Saat Kematian
- Pemuda Empat Pulau Menyemai Pesan Cinta Alam dan Sesama Di Paroki Waikomo
- AHP Salurkan Beasiswa PIP Bagi Puluhan Sekolah di Lembata
- Puluhan Pengelola Objek Wisata di Sikka diLatih Kecakapan Keselamatan dan Keamanan
- Sejak Dibuka, Belum Satupun Partai Di Lembata Daftarkan Bacalegnya
- Bawaslu Lembata Gelar Media Gathering Tentang Penetapan Jumlah Kursi dan Dapil
- Tarian Kolosal Dolo Dolo Puncaki Hardiknas di Lembata
Transplantasi, Ikhtiar Merubah Gurun Pasir Menjadi Taman Terumbu Karang di Teluk Lewoleba
Transplantasi Terumbu Karang

Keterangan Gambar : Media Tanam untuk transplantasi terumbu karang di letetakan Komunitas Taman Daun di Dasar Teluk Lewoleba
KERRY, Inong, Edi dan beberapa relawan komunitas Taman Daun, Minggu
(15/11/2020) pagi tampak asyik bekerja. Meski sudah ratusan media tanam
berjejer rapih di sekitar Pondok Taman Daun, namun para relawan itu terus
mencetak media tanam secara konvensional.
Komunitas Taman Daun memiliki taman baca yang kini mulai dilengkapi
sejumlah homestay bagi wisatawan itu berlokasi di Bluwa, Kelurahan Lewoleba
Barat, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.
Para relawan komunitas Taman Daun itu sedang menyediakan seribu media
tanam untuk transplantasi terumbu karang di teluk Lewoleba, periode ketiga.
Sudah 500 substrat di lepas ke dasar laut teluk Lewoleba dalam dua kali
kegiatannya.
Baca Lainnya :
- Ratusan Sampel SWAB Kerabat Pasien Covid-19 Dan Tenaga Kesehatan Diantar Helikopter Ke Kupang0
- LBH SIKAP Lembata Apresiasi Langkah Sigap, Cepat dan Tepat Danrem dan Dandim Flotim-Lembata0
- 4 Warga Kota Lewoleba Terkonfirmasi Covid-19, Dua Sekolah Langsung Ditutup Pemerintah0
- Di Tengah Pandemi, Pemda Lembata Mulai Waspadai Penyakit Musiman Jelang Musim Hujan0
- Kasi Pers Korem 161/Wirasakti dan Dandim 1624 Flotim Datangi Korban Dianiaya Oknum TNI0
Campuran bahan semen dan pasir, dimasukan ke dalam mal yang telah
disediakan. Di bagian tengah media tanam itu ditanam sebuah pipa plastic setinggi
20 Cm. Setelang mengering, mal tersebut dilepas dan jadilah substrat atau media
tanam yang baik bagi pencangkokan terumbu karang.
Butuh 3 hari untuk mengerjakan 250 buah substrat. Pekerjaan menyediakan substrat itu selesai, namun pekerjaan lanjutan cukup memompa adrenalin.
Mengambil anakan acropora di dasar laut, kemudian diikatkan pada media
tanam, sambil menjaga agar anakan yang akan di cangkok itu tetap hidup. Semuanya
dilakukan dengan cara tradisional sebab komunitas ini tidak memiliki peralatan
menyelam yang mumpuni.
Relawan di komunitas itu sangat mempertimbangkan usia hidup anakan
karang jika di bawa ke darat karena hanya bertahan hidup 1 jam saja. Maka
proses transplantasi inipun harus dilakukan dengan sangat berhati-hati di dasar
laut.
Para relawan ini memilih metode transplantasi atau pencangkokan. Metode
tersebut dipelajari pentolannya, John Batafor, pada kakaknya, Edi Bataona, di
Labuan Bajo. Pelaku Pariwisata di Labun Bajo itu terus berinisiatif
mempertahankan ekosistem terumbu karang.
“jadi setelah media tanam ini selesai dibuat, kita ambil anakan acropora
dari induknya yang ada di laut. Media tanam itupun dibawa ke dasar laut. Kami ke
lokasi bibit yang mau diambil dengan menyelam. Setelah mengabil anakan acropora
dengan cara digunting, kami ikatkan pada media tanam yang kami bawa kemudian
kami lepaskan di dasar laut,” ujar John Batafor. Ia berharap anakan terumbu
karang itu tumbuh dan dapat berkembang biak.
Pemilihan lokasi di dasar lautpun tidak kalah penting. Jarak dari
indukan Karang acropora dengan lokasi yang mau ditanam tidak boleh jauh.
“harus dipastikan, daerah yang mau diletakan media tanampun pernah ada
kehidupan karang. Jadi media tanam kami letakan di daerah yang banyak Serpihan
karang yang patah akibat bom. Dari situ dapat diketahui bahwa karang pernah berkembang
biak, dan akan mudah tumbuh di situ,” ujar John Batafor, Minggu (15/11/2020).
Pada 26 Oktober 2020, komunitas pemuda ini berhasil menurunkan 250
substrat ke dasar laut untuk kali pertama. Kemudian pada kali kedua, pada 12
November 2020, sebanyak 250 substrat atau media tanam berhasil di letakan ke
dasar laut. Semuanya dilakukan para relawan komunitas taman daun dengan cara
konvensional di sekitar pulau siput Awololong.
Pulau berpasir itu ditetapkan Pemda Lembata sebagai salah satu Kawasan
wisata unggulan.
Menurut John Batafor, setelah media tanam itu diletakan, Proses
monitoring wajib dilakukan guna membersihkan kotoran yang tertahan di karang
hasil transplantasi. Tak kalah pentingnya, komunitas ini menyuntik makanan bagi
acropora agar dapat tumbuh dan berkembang biak.
“Acropora adalah hewan laut, mereka butuh bernapas jadi harus
dibersihkan. Pekan lalu kami turun cek, sudah ada tanda kehidupan, ditandai
dengan adanya hewan laut seperti bulu mata, bintang laut dan ikan mulai datang berlindung
di media tanam itu,” ujar John Batafor.
Disebutkan, untuk menghasilkan 500 buah media tanam itu, John Batafor
mengeluarkan uang dari kocek pribadi dan urunan sesama anggota komunitas Taman
Daun sebanyak 1 juta rupiah.
Kini dirinya sedang mempersiapkan seribu media tanam untuk transplantasi
terumbu karang di teluk Lewoleba.
“Kita terbatas dengan uang, sebenarnya mau lebih banyak. Saya harap ada
perhatian juga dari pihak lain demi generasi Lembata,” ujar John Batafor.
Teluk Lewoleba Seperti Padang Gurun Tanpa Terumbu
Karang
Pemuda yang memiliki sebuah kapal ikan ini prihatin, tidak ada ikan
dengan kualitas ekonomis yang baik seperti Kerapu dan ikan dasar laut lain saat
dirinya melaut di daerah teluk Lewoleba dan sekitarnya.
Padahal, pada decade sebelumnya, ikan berkualitas baik dengan mudah
ditemui di teluk Lewoleba.
Alhasil, untuk menangkap ikan dengan kualitas ekonomi yang baik, Nelayan
Lewoleba mencari di luar teluk Lewoleba.
“Ikan bagus sangat minim. Ini kenapa. Kemudian saya akhirnya yakin, persoalan
utama adalah terumbu karang. Pernah saya bawa orang Denmark snorkling di
awolong, dia turun tidak lihat karang. Kamipun Pindah ke lokasi lainpun sama. Banyak
karang hancur. Kalau mau digambarkan, kondisi dasar laut di teluk Lewoleba sama
seperti padang gurun,” ujar John Batafor prihatin.
Selain itu, kondisi pulau berpasir Awololong yang berada persis di Utara
kota Lewoleba ini semakin hari semakin tergerus.
“dulu kita lihat pulau itu besar pada saat air laut surut. Tetapi saat
ini jika air laut surut, luas pulau berpasir itu semakin kecil. Ini belum ada penelitian
secara ilmiah tetapi saya orang bodoh ini berpikir, pasir-pasir yang ada di
permukaan pulau itu setiap hari tergerus karena tidak ada penyangga pulau
berpasir itu,” ujar John Batafor.
Kondisi siput laut di Awololongpun tidak kalah memprihatinkan. “sekarang
kita bekarang hanya dapat siput sola, dugaan saya karana karang, populasi
siput dan terumbu karang yang sudah rusak karena disebabkan oleh rusaknya
keseimbangan ekosistem termasuk terumbu karang. Selain itu, sebut Batafor, koral
juga bermanfaat untuk mengurangi pemanasan global.
Gemohing, Kekayaan Nenek Moyang Mulai Tergerus Jaman
Komunitas Taman Daun mulai merevitalisasi budaya Gemohing yang mulai pudar dimakan jaman. Serentetan kegiatan social dikembangkan komunitas ini selalu bertumpu pada komitmen kuat 400 anggota komunitas yang tersebar di seluruh Lembata itu.
Masyarakat Lamaholot yakni Lembata, Flores Timur dan Alor, memiliki
budaya Gemohing (gotong royong-red) yang diwariskan nenek moyang daerah
itu. Bagi masyarakat setempat, gemohing adalah cara mudah untuk menyelesaikan
pekerjaan yang berat.
Dengan pola itulah, Komunitas Taman Daun mengerjakan Transplantasi
terumbu karang, membedah rumah warga miskin yang tidak tersentuh bantuan
pemerintah dan pekerjaan-pekerjaan bersifat sukarela lainnya.
“saya akui, Komunitas kami ini bukan Lembaga yang kuat dan memiliki
segalanya, tetapi kekuatan kami adalah gemohing. Kami punya semangat
untuk bekerja bersama-sama, dan saya sendiri alami dengan Gemohing pekerjaan
berat rasanya lebih mudah di laksanakan,” ujar John Batafor.
Pemuda ini justru mengajak Pemerintah dan rakyat di Kabupaten Lembata untuk
bersama-sama berinisiatif mengerjakan apapun demi kemaslahatan hidup bersama.
“Kalau Lembata punya komitmen kuat untuk Gemohing dalam segala lini, kita
berani tolak dana desa. Kalau sudah tolak berarti kita turut mengurangi utang
negara,” ujarnya.
John Batafor berharap bersama komunitas Taman Daun dan berbagai pihak
yang berkehendak baik, dirinya dapat merubah wajah gurun pasir di dasar laut di
Teluk Lewoleba menjadi taman terumbu karang, tempat ikan berkembang biak dan
memberi kehidupan bagi genereasi mendatang. (*S/Hj).