Transplantasi, Ikhtiar Merubah Gurun Pasir Menjadi Taman Terumbu Karang di Teluk Lewoleba
Transplantasi Terumbu Karang

By Admin HJ 17 Nov 2020, 11:04:25 WIB Komunitas
Transplantasi, Ikhtiar Merubah Gurun Pasir Menjadi Taman Terumbu Karang di Teluk Lewoleba

Keterangan Gambar : Media Tanam untuk transplantasi terumbu karang di letetakan Komunitas Taman Daun di Dasar Teluk Lewoleba


KERRY, Inong, Edi dan beberapa relawan komunitas Taman Daun, Minggu (15/11/2020) pagi tampak asyik bekerja. Meski sudah ratusan media tanam berjejer rapih di sekitar Pondok Taman Daun, namun para relawan itu terus mencetak media tanam secara konvensional.

Komunitas Taman Daun memiliki taman baca yang kini mulai dilengkapi sejumlah homestay bagi wisatawan itu berlokasi di Bluwa, Kelurahan Lewoleba Barat, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.  

Para relawan komunitas Taman Daun itu sedang menyediakan seribu media tanam untuk transplantasi terumbu karang di teluk Lewoleba, periode ketiga. Sudah 500 substrat di lepas ke dasar laut teluk Lewoleba dalam dua kali kegiatannya.

Baca Lainnya :

Campuran bahan semen dan pasir, dimasukan ke dalam mal yang telah disediakan. Di bagian tengah media tanam itu ditanam sebuah pipa plastic setinggi 20 Cm. Setelang mengering, mal tersebut dilepas dan jadilah substrat atau media tanam yang baik bagi pencangkokan terumbu karang.  

Butuh 3 hari untuk mengerjakan 250 buah substrat. Pekerjaan menyediakan substrat itu selesai, namun pekerjaan lanjutan cukup memompa adrenalin.


Mengambil anakan acropora di dasar laut, kemudian diikatkan pada media tanam, sambil menjaga agar anakan yang akan di cangkok itu tetap hidup. Semuanya dilakukan dengan cara tradisional sebab komunitas ini tidak memiliki peralatan menyelam yang mumpuni.

Relawan di komunitas itu sangat mempertimbangkan usia hidup anakan karang jika di bawa ke darat karena hanya bertahan hidup 1 jam saja. Maka proses transplantasi inipun harus dilakukan dengan sangat berhati-hati di dasar laut.  

Para relawan ini memilih metode transplantasi atau pencangkokan. Metode tersebut dipelajari pentolannya, John Batafor, pada kakaknya, Edi Bataona, di Labuan Bajo. Pelaku Pariwisata di Labun Bajo itu terus berinisiatif mempertahankan ekosistem terumbu karang.  

“jadi setelah media tanam ini selesai dibuat, kita ambil anakan acropora dari induknya yang ada di laut. Media tanam itupun dibawa ke dasar laut. Kami ke lokasi bibit yang mau diambil dengan menyelam. Setelah mengabil anakan acropora dengan cara digunting, kami ikatkan pada media tanam yang kami bawa kemudian kami lepaskan di dasar laut,” ujar John Batafor. Ia berharap anakan terumbu karang itu tumbuh dan dapat berkembang biak.

Pemilihan lokasi di dasar lautpun tidak kalah penting. Jarak dari indukan Karang acropora dengan lokasi yang mau ditanam tidak boleh jauh.

“harus dipastikan, daerah yang mau diletakan media tanampun pernah ada kehidupan karang. Jadi media tanam kami letakan di daerah yang banyak Serpihan karang yang patah akibat bom. Dari situ dapat diketahui bahwa karang pernah berkembang biak, dan akan mudah tumbuh di situ,” ujar John Batafor, Minggu (15/11/2020).  

Pada 26 Oktober 2020, komunitas pemuda ini berhasil menurunkan 250 substrat ke dasar laut untuk kali pertama. Kemudian pada kali kedua, pada 12 November 2020, sebanyak 250 substrat atau media tanam berhasil di letakan ke dasar laut. Semuanya dilakukan para relawan komunitas taman daun dengan cara konvensional di sekitar pulau siput Awololong.

Pulau berpasir itu ditetapkan Pemda Lembata sebagai salah satu Kawasan wisata unggulan.

Menurut John Batafor, setelah media tanam itu diletakan, Proses monitoring wajib dilakukan guna membersihkan kotoran yang tertahan di karang hasil transplantasi. Tak kalah pentingnya, komunitas ini menyuntik makanan bagi acropora agar dapat tumbuh dan berkembang biak.

“Acropora adalah hewan laut, mereka butuh bernapas jadi harus dibersihkan. Pekan lalu kami turun cek, sudah ada tanda kehidupan, ditandai dengan adanya hewan laut seperti bulu mata, bintang laut dan ikan mulai datang berlindung di media tanam itu,” ujar John Batafor.  

Disebutkan, untuk menghasilkan 500 buah media tanam itu, John Batafor mengeluarkan uang dari kocek pribadi dan urunan sesama anggota komunitas Taman Daun sebanyak 1 juta rupiah.

Kini dirinya sedang mempersiapkan seribu media tanam untuk transplantasi terumbu karang di teluk Lewoleba.

“Kita terbatas dengan uang, sebenarnya mau lebih banyak. Saya harap ada perhatian juga dari pihak lain demi generasi Lembata,” ujar John Batafor.  

Teluk Lewoleba Seperti Padang Gurun Tanpa Terumbu Karang

Pemuda yang memiliki sebuah kapal ikan ini prihatin, tidak ada ikan dengan kualitas ekonomis yang baik seperti Kerapu dan ikan dasar laut lain saat dirinya melaut di daerah teluk Lewoleba dan sekitarnya.  

Padahal, pada decade sebelumnya, ikan berkualitas baik dengan mudah ditemui di teluk Lewoleba.

Alhasil, untuk menangkap ikan dengan kualitas ekonomi yang baik, Nelayan Lewoleba mencari di luar teluk Lewoleba.

“Ikan bagus sangat minim. Ini kenapa. Kemudian saya akhirnya yakin, persoalan utama adalah terumbu karang. Pernah saya bawa orang Denmark snorkling di awolong, dia turun tidak lihat karang. Kamipun Pindah ke lokasi lainpun sama. Banyak karang hancur. Kalau mau digambarkan, kondisi dasar laut di teluk Lewoleba sama seperti padang gurun,” ujar John Batafor prihatin.  

Selain itu, kondisi pulau berpasir Awololong yang berada persis di Utara kota Lewoleba ini semakin hari semakin tergerus.

“dulu kita lihat pulau itu besar pada saat air laut surut. Tetapi saat ini jika air laut surut, luas pulau berpasir itu semakin kecil. Ini belum ada penelitian secara ilmiah tetapi saya orang bodoh ini berpikir, pasir-pasir yang ada di permukaan pulau itu setiap hari tergerus karena tidak ada penyangga pulau berpasir itu,” ujar John Batafor.  

Kondisi siput laut di Awololongpun tidak kalah memprihatinkan. “sekarang kita bekarang hanya dapat siput sola, dugaan saya karana karang, populasi siput dan terumbu karang yang sudah rusak karena disebabkan oleh rusaknya keseimbangan ekosistem termasuk terumbu karang. Selain itu, sebut Batafor, koral juga bermanfaat untuk mengurangi pemanasan global.

Gemohing, Kekayaan Nenek Moyang Mulai Tergerus Jaman

Komunitas Taman Daun mulai merevitalisasi budaya Gemohing yang mulai pudar dimakan jaman. Serentetan kegiatan social dikembangkan komunitas ini selalu bertumpu pada komitmen kuat 400 anggota komunitas yang tersebar di seluruh Lembata itu.  

Masyarakat Lamaholot yakni Lembata, Flores Timur dan Alor, memiliki budaya Gemohing (gotong royong-red) yang diwariskan nenek moyang daerah itu. Bagi masyarakat setempat, gemohing adalah cara mudah untuk menyelesaikan pekerjaan yang berat.

Dengan pola itulah, Komunitas Taman Daun mengerjakan Transplantasi terumbu karang, membedah rumah warga miskin yang tidak tersentuh bantuan pemerintah dan pekerjaan-pekerjaan bersifat sukarela lainnya.

“saya akui, Komunitas kami ini bukan Lembaga yang kuat dan memiliki segalanya, tetapi kekuatan kami adalah gemohing. Kami punya semangat untuk bekerja bersama-sama, dan saya sendiri alami dengan Gemohing pekerjaan berat rasanya lebih mudah di laksanakan,” ujar John Batafor.

Pemuda ini justru mengajak Pemerintah dan rakyat di Kabupaten Lembata untuk bersama-sama berinisiatif mengerjakan apapun demi kemaslahatan hidup bersama.

“Kalau Lembata punya komitmen kuat untuk Gemohing dalam segala lini, kita berani tolak dana desa. Kalau sudah tolak berarti kita turut mengurangi utang negara,” ujarnya.

John Batafor berharap bersama komunitas Taman Daun dan berbagai pihak yang berkehendak baik, dirinya dapat merubah wajah gurun pasir di dasar laut di Teluk Lewoleba menjadi taman terumbu karang, tempat ikan berkembang biak dan memberi kehidupan bagi genereasi mendatang. (*S/Hj). 





Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda