- Sempat Buron, Kejari Lembata Ringkus Direktur CV Lembata Ciremai
- Maknai HUT 24 OTDA Lembata, FST UNWIRA provokasi Pelajar SMA se-Lembata
- Siswa SLB Negeri Tuna Grahita C Siap Ikuti Lomba Aman Caturlistung
- Dua Hari Meninggal Dalam Perut, Janin 6 Bulan Berhasil Dikeluarkan Tim Medis RSUD Lewoleba
- Bides dan Kades Dinilai Abai, Janin 6 Bulan Meninggal Di Dalam Kandungan
- EO 9 Naga Pastikan Konser Mita Talahatu Berlangsung Sesuai Jadwal
- Program Mama Papa, Siap Angkat Derajad Hidup Petani Lembata
- BPKB Mobilnya Raib, Anggota Polisi Lapor SPKT
- Bertekad Wujudkan Generasi Unggul, Berkarakter dan Berbudaya, Legalitas Gudep Pramuka Dibenahi
- 10 Tahun Tanpa Kabar, Margareta Minta PJTKI Kembalikan Anaknya
Program Mama Papa, Siap Angkat Derajad Hidup Petani Lembata

PT Lembata Hira Sejahtera
(BATARA) dan Yayasan Anton Enga Tifaona berkolaborasi dengan DAEMETER dan Badan
Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memulai langkah konkrit memajukan ekonomi
petani di Lembata, Nusa Tenggara Timur, sekaligus mendukung gerakan aksi perubahan
iklim.
Selain mendorong budidaya
tanaman bio energi, Malapari, kolaborasi PT Lembata Hira Sejahtera (BATARA) dan
Yayasan Anton Enga Tifaona pun siap membangun pabrik pengolahan porang yang
ramah lingkungan di Lewoleba. Pabrik tersebut untuk mengolah umbi porang
menjadi chip kering, serta membuka pasar porang seluas-luasnya bagi kepentingan
masyarakat
Baca Lainnya :
- BPKB Mobilnya Raib, Anggota Polisi Lapor SPKT0
- Bertekad Wujudkan Generasi Unggul, Berkarakter dan Berbudaya, Legalitas Gudep Pramuka Dibenahi0
- 10 Tahun Tanpa Kabar, Margareta Minta PJTKI Kembalikan Anaknya0
- Tertib Data Penduduk, Lurah Lewoleba Barat Bertekad Serahkan Akte Saat Kematian0
- Pemuda Empat Pulau Menyemai Pesan Cinta Alam dan Sesama Di Paroki Waikomo0
Lembata.
Hal tersebut terungkap
dalam kegitan sosialisasi Program MAMA PAPA yang dilaksanakan di Kantor Camat
Wulandoni, Minggu (1/10/2023) pukul 13.00 WITA.
Tampak hadir dalam
sosialisasi tersebut, Kepala UPT KPH Lembata, Linus Lawe, Camat Wulandoni, Umar
Hadi,
beberapa Kades sekitar
Gunung Labalekan seperti Kades Imulolong, Kades Puor, dan lain-lain serta Gapoktan
dan Masyarakat.
Hadir pula, Dr.Desmiwati
dari Pusat Riset Masyarakat dan
Budaya - Badan Riset dan
Inovasi Nasional (BRIN), dan Dr. Maria Ratnaningsih dari DAEMETER, Alexander
Bala Tifaona selaku CEO PT Lembata Hira Sejahtera (BATARA).
Program MAMA PAPA yang
artinya "menanam Malapari - panen Porang", adalah program penanaman
tanaman bio-energi Malapari sebagai bagian dari riset dan membangun ekonomi
masyarakat Lembata
melalui produksi porang
yang dilakukan oleh PT Lembata Hira Sejahtera (BATARA) dan Yayasan Anton Enga
Tifaona berkolaborasi dengan DAEMETER dan BRIN untuk mendukung gerakan aksi
perubahan iklim serta turut andil membangun ekonomi masyarakat Lembata yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Alexander Bala Tifaona
selaku CEO PT Lembata Hira Sejahtera (BATARA) menyampaikan bahwa BATARA adalah
perusahaan yang mengembangkan bibit tanaman bio-energi seperti Malapari.
Alex mengatakan bahwa
Pulau Lembata sangat ideal sebagai pusat riset tanaman Malapari karena banyak
ditemukan disepanjang pesisir pantai. Malapari hampir tidak ditemukan di
daratan dan hanya
beberapa pohon saja
seperti di Wulandoni (150 m dpl), Puor (750 m dpl), dan Rumah Sakit Bukit (350
m dpl).
Berbagai pustaka
menyebutkan bahwa tanaman ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1200 m dpl. Uji
coba penanaman di berbagai ketinggian perlu dilakukan untuk mendapatkan bibit
unggul.
Penanaman di lereng Gunung
Labalekan dengan ketinggian sekitar 1000 m dpl adalah salah satu kegiatan riset
yang akan dilakukan BATARA dibantu Prof. Budi Leksono, ahli genetika dan
pemuliaan tanaman dari BRIN sekaligus untuk keperluan revegetasi lahan,
konservasi genetik dan mengembalikan ekosistem serta biodiversitas alam.
"Saya mendengar
cerita dari keluarga di Imulolong, bahwa di lereng Gunung Labalekan itu dulu
banyak ditemui burung nuri, kakatua dan lain sebagainya. Sekarang sudah jarang
bahkan tidak pernah lagi
ditemukan. Jadi melalui
penanaman Malapari di area Hutan Lindung tersebut menggunakan ijin
Perhutanan Sosial (PS)
diharapkan habitat alamnya dapat dikembalikan, kesuburan lahannya dapat
diperbaiki, sumber air dan keaneka-ragaman hayati di area tersebut dapat
dipelihara dan dijaga," ungkap Alex Bala Tifaona menambahkan.
Putra mendiang almarhum Brigjen
Pol (Purn) Drs. Anton Enga Tifaona yang lahir dari kampung Desa Imulolong,
Lembata menjelaskan, Sambil menunggu hasil riset dan produksi Malapari dari
pohon di Lembata, BATARA bersama Yayasan Anton Enga Tifaona berinisiatif untuk
memasarkan potensi yang dimiliki Lembata saat ini, seperti Porang.
"Banyak sentra porang
di Lembata. Bahkan beberapa bibit porang diambil dari tanaman hutan yang tumbuh
di lereng Gunung Labalekan," ujarnya Alex.
Sementara itu, Linus Lawe,
Kepala UPTD KPH Kabupaten Lembata yang turut hadir pada pertemuan tersebut,
menyampaikan, KPH Lembata pada prinsipnya sangat mendukung upaya percepatan
program Perhutanan Sosial yang didukung oleh para pihak, seperti BATARA dan
Yayasan Anton Enga Tifaona ini.
"Ini sebagai bentuk
solusi penyelesaian konfik ditingkat tapak dan mendorong upaya pemanfaatan
kawasan menuju masyarakat sejahtera hutan Lestari," ungkap Linus Lawe.
Aksi nyata dari Program
MAMA PAPA adalah:
1. Bersama Yayasan Anton
Enga Tifaona berkolaborasi dengan DAEMETER dan BRIN akan mendampingi
UPTD KPH Lembata dalam
proses penerbitan ijin Perhutanan Sosial di area Hutan Lindung Hadakewa-
Labalekan melalui skema
Hutan Desa (HD) atau Hutan Kemasyarakatan (HKm);
2. Melakukan penanaman
Malapari di area Hutan Lindung Hadekewa-Labalekan menggunakan skema
PS maupun dalam program
RHL sebagai bagian riset Malapari;
3. Membangun pabrik
pengolahan porang yang ramah lingkungan di Lewoleba untuk mengolah umbi
porang menjadi chip kering
serta membuka pasar porang seluas-luasnya bagi kepentingan masyarakat
Lembata;
4. Menjadikan rumah
almarhum Papa, Brigjen Pol (Purn) Drs. Antonius Stephanus Enga Tifaona, menjadi
Rumah Aksi Iklim sebagai
pusat konservasi alam dan aktivitas terkait isu perubahan iklim Keberhasilan
Perhutanan Sosial (PS) sangat ditentukan oleh kemauan yang kuat dari masyarakat
untuk
memanfaatkan kawasan hutan
demi tencapainya masyarakat sejahtera hutan lestari.
Peran aktif BATARA dan
Yayasan Anton Enga Tifaona dalam pendampingan dan inisiasi ini perlu diberikan
apresiasi, karena PS
memang perlu mendapat
dukungan dari berbagai pihak untuk bertukar pikiran dalam proses pendampingan
dan membuka peluang akses pasar. Peran pendamping PS akan mendorong
kesejahteraan
masyarakat dan kemandirian
masyarakat, demikian Ibu Desmiwati dari Pusat Riset Masyarakat dan Budaya -
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menambahkan.
Dr. Maria Ratnaningsih
dari DAEMETER, konsultan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan juga mengatakan bahwa
momentum Program MAMA PAPA hendaknya dapat dimanfaatkan masyarakat Lembata
untuk
bekerja lebih semangat
dengan adat dan budaya gotong-royong turun-temurun pada Masyarakat Lembata
serta menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
demi
masa depan anak-cucu,
seperti juga pesan orang tua, Mama Papa. (*S/Hj).