Program Mama Papa, Siap Angkat Derajad Hidup Petani Lembata

By Admin HJ 01 Okt 2023, 22:25:11 WIB Daerah
Program Mama Papa, Siap Angkat Derajad Hidup Petani Lembata

PT Lembata Hira Sejahtera (BATARA) dan Yayasan Anton Enga Tifaona berkolaborasi dengan DAEMETER dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memulai langkah konkrit memajukan ekonomi petani di Lembata, Nusa Tenggara Timur, sekaligus mendukung gerakan aksi perubahan iklim.

 

Selain mendorong budidaya tanaman bio energi, Malapari, kolaborasi PT Lembata Hira Sejahtera (BATARA) dan Yayasan Anton Enga Tifaona pun siap membangun pabrik pengolahan porang yang ramah lingkungan di Lewoleba. Pabrik tersebut untuk mengolah umbi porang menjadi chip kering, serta membuka pasar porang seluas-luasnya bagi kepentingan masyarakat

Baca Lainnya :

Lembata.

Hal tersebut terungkap dalam kegitan sosialisasi Program MAMA PAPA yang dilaksanakan di Kantor Camat Wulandoni, Minggu (1/10/2023) pukul 13.00 WITA.

Tampak hadir dalam sosialisasi tersebut, Kepala UPT KPH Lembata, Linus Lawe, Camat Wulandoni, Umar Hadi,

beberapa Kades sekitar Gunung Labalekan seperti Kades Imulolong, Kades Puor, dan lain-lain serta Gapoktan dan Masyarakat.

Hadir pula, Dr.Desmiwati dari Pusat Riset Masyarakat dan

Budaya - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Dr. Maria Ratnaningsih dari DAEMETER, Alexander Bala Tifaona selaku CEO PT Lembata Hira Sejahtera (BATARA).

 

Program MAMA PAPA yang artinya "menanam Malapari - panen Porang", adalah program penanaman tanaman bio-energi Malapari sebagai bagian dari riset dan membangun ekonomi masyarakat Lembata

melalui produksi porang yang dilakukan oleh PT Lembata Hira Sejahtera (BATARA) dan Yayasan Anton Enga Tifaona berkolaborasi dengan DAEMETER dan BRIN untuk mendukung gerakan aksi perubahan iklim serta turut andil membangun ekonomi masyarakat Lembata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

 

Alexander Bala Tifaona selaku CEO PT Lembata Hira Sejahtera (BATARA) menyampaikan bahwa BATARA adalah perusahaan yang mengembangkan bibit tanaman bio-energi seperti Malapari.

 

Alex mengatakan bahwa Pulau Lembata sangat ideal sebagai pusat riset tanaman Malapari karena banyak ditemukan disepanjang pesisir pantai. Malapari hampir tidak ditemukan di daratan dan hanya

beberapa pohon saja seperti di Wulandoni (150 m dpl), Puor (750 m dpl), dan Rumah Sakit Bukit (350 m dpl).

Berbagai pustaka menyebutkan bahwa tanaman ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1200 m dpl. Uji coba penanaman di berbagai ketinggian perlu dilakukan untuk mendapatkan bibit unggul.

Penanaman di lereng Gunung Labalekan dengan ketinggian sekitar 1000 m dpl adalah salah satu kegiatan riset yang akan dilakukan BATARA dibantu Prof. Budi Leksono, ahli genetika dan pemuliaan tanaman dari BRIN sekaligus untuk keperluan revegetasi lahan, konservasi genetik dan mengembalikan ekosistem serta biodiversitas alam.

"Saya mendengar cerita dari keluarga di Imulolong, bahwa di lereng Gunung Labalekan itu dulu banyak ditemui burung nuri, kakatua dan lain sebagainya. Sekarang sudah jarang bahkan tidak pernah lagi

ditemukan. Jadi melalui penanaman Malapari di area Hutan Lindung tersebut menggunakan ijin

Perhutanan Sosial (PS) diharapkan habitat alamnya dapat dikembalikan, kesuburan lahannya dapat diperbaiki, sumber air dan keaneka-ragaman hayati di area tersebut dapat dipelihara dan dijaga," ungkap Alex Bala Tifaona menambahkan.

Putra mendiang almarhum Brigjen Pol (Purn) Drs. Anton Enga Tifaona yang lahir dari kampung Desa Imulolong, Lembata menjelaskan, Sambil menunggu hasil riset dan produksi Malapari dari pohon di Lembata, BATARA bersama Yayasan Anton Enga Tifaona berinisiatif untuk memasarkan potensi yang dimiliki Lembata saat ini, seperti Porang.

"Banyak sentra porang di Lembata. Bahkan beberapa bibit porang diambil dari tanaman hutan yang tumbuh di lereng Gunung Labalekan," ujarnya Alex.

Sementara itu, Linus Lawe, Kepala UPTD KPH Kabupaten Lembata yang turut hadir pada pertemuan tersebut, menyampaikan, KPH Lembata pada prinsipnya sangat mendukung upaya percepatan program Perhutanan Sosial yang didukung oleh para pihak, seperti BATARA dan Yayasan Anton Enga Tifaona ini.

"Ini sebagai bentuk solusi penyelesaian konfik ditingkat tapak dan mendorong upaya pemanfaatan kawasan menuju masyarakat sejahtera hutan Lestari," ungkap Linus Lawe.

Aksi nyata dari Program MAMA PAPA adalah:

 

1. Bersama Yayasan Anton Enga Tifaona berkolaborasi dengan DAEMETER dan BRIN akan mendampingi

UPTD KPH Lembata dalam proses penerbitan ijin Perhutanan Sosial di area Hutan Lindung Hadakewa-

Labalekan melalui skema Hutan Desa (HD) atau Hutan Kemasyarakatan (HKm);

2. Melakukan penanaman Malapari di area Hutan Lindung Hadekewa-Labalekan menggunakan skema

PS maupun dalam program RHL sebagai bagian riset Malapari;

3. Membangun pabrik pengolahan porang yang ramah lingkungan di Lewoleba untuk mengolah umbi

porang menjadi chip kering serta membuka pasar porang seluas-luasnya bagi kepentingan masyarakat

Lembata;

4. Menjadikan rumah almarhum Papa, Brigjen Pol (Purn) Drs. Antonius Stephanus Enga Tifaona, menjadi

Rumah Aksi Iklim sebagai pusat konservasi alam dan aktivitas terkait isu perubahan iklim Keberhasilan Perhutanan Sosial (PS) sangat ditentukan oleh kemauan yang kuat dari masyarakat untuk

memanfaatkan kawasan hutan demi tencapainya masyarakat sejahtera hutan lestari.

Peran aktif BATARA dan Yayasan Anton Enga Tifaona dalam pendampingan dan inisiasi ini perlu diberikan apresiasi, karena PS

memang perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak untuk bertukar pikiran dalam proses pendampingan dan membuka peluang akses pasar. Peran pendamping PS akan mendorong kesejahteraan

masyarakat dan kemandirian masyarakat, demikian Ibu Desmiwati dari Pusat Riset Masyarakat dan Budaya - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menambahkan.

Dr. Maria Ratnaningsih dari DAEMETER, konsultan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan juga mengatakan bahwa momentum Program MAMA PAPA hendaknya dapat dimanfaatkan masyarakat Lembata untuk

bekerja lebih semangat dengan adat dan budaya gotong-royong turun-temurun pada Masyarakat Lembata serta menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan dan pembangunan berkelanjutan demi

masa depan anak-cucu, seperti juga pesan orang tua, Mama Papa. (*S/Hj).





Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda