Ditemani Nakes Berbaju Hazmat, MNDS Berjuang Melawan Batuk dan Sesak Napas Akut
Bersatu Lawan Virus Korona

By Admin HJ 21 Nov 2020, 14:28:05 WIB Kesehatan
Ditemani Nakes Berbaju Hazmat, MNDS Berjuang Melawan Batuk dan Sesak Napas Akut

Keterangan Gambar : Seorang Tenaga Kesehatan di RSUD Lewoleba mengenakan Hazmat. Meski Tidak menyenangkan, pakaian inilah dapat melindungi diri Nakes agar tidak terpapar Covid-19


LAMBERTUS Agustinus Doni Bidomaking (Amry), warga Kelurahan Lewoleba, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, mulai bernapas legah.

18 November 2020 sebagai tanggal bersejarah bagi keluarga kecilnya. Sebab demam diatas 38 derajad berkepanjangan di sertai batuk dan sesak napas akut yang dialami MNDS, Isteri tercintanya, mulai redah.

Isterinya diperbolehkan kembali ke rumah oleh tim medis di RSUD Lewoleba, kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.  

Baca Lainnya :

“Satu minggu saat isteri saya di rawat di ruang isolasi RSUD Lewoleba, tidak ada ruang untuk kami bisa saling merawat, saling menjaga, memberi kekuatan secara psikis. Saya hanya bisa mengantar makanan sampai ke depan pintu ruangan isolasi,” ujar Amry. Ia mengisahkan bagaimana dirinya menghadapi wabah virus Korona yang langsung dialami isterinya sendiri, Sabtu (21/11/2020).    

Amry mengaku hanya dapat menahan getir di hati sebab ia tidak dapat menemani sang Isteri ketika menghadapi demam diatas 38 derajad, batuk dan Sesak napas akut di ruang isolasi.

“Saat menelepon, saya hanya bisa mendengar jeritan tertahan isteri saya di ruang isolasi karena batuk dan sesak napas akut. Saya hanya berpasrah dan berserah diri pada kebaikan hati para perawat dan tenaga medis yang sedang menemani isteri saya MNDS. Yah, para perawat di ruang isolasi RSUD Lewoleba juga berjuang menahan gerah dan panas karena mengenakan baju Hazmat. Ini kondisi yang sangat menyedihkan,” ujar Amri, Suami pasien terkonfirmasi Covid-19, Sabtu (21/11/2020).  

Satu minggu penuh, isteri tercintanya,berinisial MNDS berjibaku seorang diri di ruang isolasi RSUD Lewoleba. Tim Medis RSUD Lewoleba memvonis isterinya terpapar Covid-19 disertai gejala.

Suami dari MNDS itu baru sadar, pandemi yang selama ini di ketahuinya dari Media massa, ternyata tidak main-main menyerang sistim pernapasan tubuh isteri tercintanya sendiri.

Tim Medis RSUD Lewolebapun telah memperbolehkan Maria Natalia Dewi Sartika (MNDS), Kembali ke rumah, menjalani perawatan lanjutan di rumah dan karantina mandiri. Ia telah dinyatakan negative Covid-19 hasil SWAB kedua.

“Selama menjalani perawatan di RSUD Lewoleba, isteri saya mengonsumsi banyak sekali obat-obatan dan vitamin untuk mengembalikan imun tubuh. Begitu pula Ketika Kembali ke rumah. obat-obtan tetap dikonsumsi dan kami menjalani protokol Kesehatan yang sangat ketat agar menjaga lingkungan sekitar  

Menurut Amry, isterinya tidak pernah memiliki riwayat sakit gangguan paru-paru.

Berawal dari Demam dan Badannya Sakit

Pada hari Minggu akhir bulan Oktober lalu, sang isteri yang sehari-hari beraktivitas laiknya ibu rumah tangga mengeluh sakit demam, badannya terasa sakit. Isterinya itu tidak pernah bepergian keluar daerah.

Karena demam dan badannya terasa sakit, ia membawa isterinya itu memeriksakan diri ke dokter Geril. Dokter Gerilpun memberinya obat untuk dikonsumsi.

Bukannya membaik, Demam tinggi yang dialami isterinya tidak kunjung turun. Isterinya justru mengalami batuk dan sesak napas.

Amri kemudian membawa isterinya ke RS Damian untuk opname. Ketika masuk pertama minta cek lengkap, rontgen. Paru-parupun masih baik.

“3 hari sejak hari Jumad sampai hari Minggu, Demam panas tidak turun turun, bahkan disusul batuk dan sesak napas. Dokter bilang, oksigen dalam darah menurun. Hari Minggu saya minta cek Hepatitis. Menurut Dokter ada gangguan aliran pernapasan. Gula normal. Akhirnya kami rontgen ulang. Hasilnya pagi rongseng ada bercak di paru paru. Ini dokter mulai duga isteri saya sudah terpapar Korona,” ujar Amry.

Dugaan Dokter ini kemudian dipastikan dengan SWAB test.

“Hasilnya isteri saya terkonfirmasi Covid-19. Saya disampaikan hasilnya. Saya hanya mampu mengikuti kata Dokter, karena itulah yang terbaik untuk Kesehatan isteri saya. Karena indiskasi menjurus ke sana, kami ikuti. Isteri saya masuk isolasi, hari Minggu, 10 November 2020,” ujar Amry.  

Amry mengatakan, Selama seminggu di rawat di ruang isolasi, kondisi MNDS isterinya membaik. Kondisi fisiknyapun berubah normal. Dokter kemudian menyarankan untuk Kembali ke rumah.

Sedangkan, pada saat tim medis menjalankan tracing contact, Amry sang suami dari pasien terkonfirmasi Covid-19 dinyatakan negative hasil SWAB test.

Karena itu, dirinya meminta agar dirinya bersama keluarga pasien Covid-19 tidak didiskriminasi. Iapun meminta pemerintah juga memberikan sosialisasi tentang masa incubasi Covid-19, dan bagaimna cara menjalankan protokol Kesehatan tanpa mendiskriminasi keluarga pasien Covid-19.

“kami juga butuh dukungan masyarakat untuk bisa sehat dan Kembali ke masyarakat,” ujar Amry.

Jangan Main-Main Dengan Covid-19

Hingga saat ini, MNDS tidak mengerti dari mana dirinya kemudian terpapar virus Korona. Namun baik Amry dan isterinya menduga, isterinya terpapar korona dari aktivitasnya berbelanja ke pasar.

“saya duga sudah banyak Orang Tanpa Gejala (OTG) di tempat-tempat umum. Saya minta kita jangan main-main dengan protokol Kesehatan; jaga jarak, selalu cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, pakai masker dan beristirahat yang cukup,” ujar Amry.

Amry mengapresiasi upaya tim medis RSUD Lewoleba, terutama tim dokter yang berada di ruang isolasi RSUD Lewoleba yang bekerja maksimal untuk kesembuhan isteri tercintanya.

“Para medis yang mengenakan hazmat. Mereka gerah dan kepanasan tetapi demi merawat pasien Covid-19 dan untuk melindungi diri mereka, protap itu harus jalan. Tidak berhenti di situ. Perawat yang merawat isteri saya sampai saat ini masih di karantin di RSUD,” ujar Amry. Ia menggambarkan kondisi tenaga medis yang merawat isterinya.   

Ia berpesan, agar warga tidak berpolemik dengan anjuran-anjuran yang dikeluarkan Pemerintah.

“saya tidak minta orang harus percaya, tetapi apa yang saya alami sendiri ini membuktikan, meskipun isteri saya tidak pernah di serang penyakit asma, tetapi sakit itu divonis Dokter sebagai Covid-19. Dan kita akan dirawat oleh perpanjangan tangan pemerintah yang bekerja di Rumah sakit,” ujar Amry.

Ia merasa beruntung karena isterinya tidak memiliki penyakit penyerta yang dapat memperburuk kondisi kesehatannya. Setelah berjuang saat isterinya di rawat di RSUD Lewoleba, kini Amry bersama keluarga tengah menjalani masa karantina selama 14 hari. (*S/Hj).  





Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda