- Sejak Dibuka, Belum Satupun Partai Di Lembata Daftarkan Bacalegnya
- Bawaslu Lembata Gelar Media Gathering Tentang Penetapan Jumlah Kursi dan Dapil
- Tarian Kolosal Dolo Dolo Puncaki Hardiknas di Lembata
- Serikat Pekerja Lembata, Berhasil Fasilitasi Kenaikan Upah Buruh Pelabuhan
- Lapas Lembata Gelar Sholat Ied Dan Pemberian Remisi Kepada WBP
- Di-PHK Sepihak, Tiga Petugas SPBU di Lembata Mengadu ke Dinas Nakertrans
- Sehari Jadi Kapolres Lembata, Josephien Tancap Gas Bereskan Antrian Panjang BBM
- Ujian Sekolah Berbasis Digital di SD II Waikomo Berjalan Lancar
- Upacara Cahaya Awali Vigili Malam Paskah di Lembata
- Janji BPH Migas Hanya Isapan Jempol, Tak Satupun Kasus Mafia BBM Di Lembata Terungkap
Ditemani Nakes Berbaju Hazmat, MNDS Berjuang Melawan Batuk dan Sesak Napas Akut
Bersatu Lawan Virus Korona

Keterangan Gambar : Seorang Tenaga Kesehatan di RSUD Lewoleba mengenakan Hazmat. Meski Tidak menyenangkan, pakaian inilah dapat melindungi diri Nakes agar tidak terpapar Covid-19
LAMBERTUS Agustinus Doni Bidomaking (Amry), warga Kelurahan Lewoleba,
Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, mulai bernapas
legah.
18 November 2020 sebagai tanggal bersejarah bagi keluarga kecilnya. Sebab
demam diatas 38 derajad berkepanjangan di sertai batuk dan sesak napas akut yang
dialami MNDS, Isteri tercintanya, mulai redah.
Isterinya diperbolehkan kembali ke rumah oleh tim medis di RSUD
Lewoleba, kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.
Baca Lainnya :
- 12 Dari 150 Sample Swab Asal Lembata Terkonfirmasi Covid-19, 4 Diantaranya Nakes0
- Pemda Lembata Kerahkan Tim Satgas Covid-19 Awasi Disiplin Protokol Kesehatan0
- Warga Minta Polisi Periksa Dukun Pembuat Ritual Mei Nawa dan Konfrontir Saksi Mahkota0
- Transplantasi, Ikhtiar Merubah Gurun Pasir Menjadi Taman Terumbu Karang di Teluk Lewoleba 0
- Ratusan Sampel SWAB Kerabat Pasien Covid-19 Dan Tenaga Kesehatan Diantar Helikopter Ke Kupang0
“Satu minggu saat isteri saya di rawat di ruang isolasi RSUD Lewoleba, tidak
ada ruang untuk kami bisa saling merawat, saling menjaga, memberi kekuatan
secara psikis. Saya hanya bisa mengantar makanan sampai ke depan pintu ruangan
isolasi,” ujar Amry. Ia mengisahkan bagaimana dirinya menghadapi wabah virus
Korona yang langsung dialami isterinya sendiri, Sabtu (21/11/2020).
Amry mengaku hanya dapat menahan getir di hati sebab ia tidak dapat
menemani sang Isteri ketika menghadapi demam diatas 38 derajad, batuk dan Sesak
napas akut di ruang isolasi.
“Saat menelepon, saya hanya bisa mendengar jeritan tertahan isteri saya
di ruang isolasi karena batuk dan sesak napas akut. Saya hanya berpasrah dan berserah
diri pada kebaikan hati para perawat dan tenaga medis yang sedang menemani isteri
saya MNDS. Yah, para perawat di ruang isolasi RSUD Lewoleba juga berjuang
menahan gerah dan panas karena mengenakan baju Hazmat. Ini kondisi yang sangat menyedihkan,”
ujar Amri, Suami pasien terkonfirmasi Covid-19, Sabtu (21/11/2020).
Satu minggu penuh, isteri tercintanya,berinisial MNDS berjibaku seorang
diri di ruang isolasi RSUD Lewoleba. Tim Medis RSUD Lewoleba memvonis isterinya
terpapar Covid-19 disertai gejala.
Suami dari MNDS itu baru sadar, pandemi yang selama ini di ketahuinya
dari Media massa, ternyata tidak main-main menyerang sistim pernapasan tubuh isteri
tercintanya sendiri.
Tim Medis RSUD Lewolebapun telah memperbolehkan Maria Natalia Dewi
Sartika (MNDS), Kembali ke rumah, menjalani perawatan lanjutan di rumah dan karantina
mandiri. Ia telah dinyatakan negative Covid-19 hasil SWAB kedua.
“Selama menjalani perawatan di RSUD Lewoleba, isteri saya mengonsumsi
banyak sekali obat-obatan dan vitamin untuk mengembalikan imun tubuh. Begitu
pula Ketika Kembali ke rumah. obat-obtan tetap dikonsumsi dan kami menjalani
protokol Kesehatan yang sangat ketat agar menjaga lingkungan sekitar
Menurut Amry, isterinya tidak pernah memiliki riwayat sakit gangguan paru-paru.
Berawal dari Demam dan Badannya Sakit
Pada hari Minggu akhir bulan Oktober lalu, sang isteri yang sehari-hari
beraktivitas laiknya ibu rumah tangga mengeluh sakit demam, badannya terasa sakit.
Isterinya itu tidak pernah bepergian keluar daerah.
Karena demam dan badannya terasa sakit, ia membawa isterinya itu
memeriksakan diri ke dokter Geril. Dokter Gerilpun memberinya obat untuk
dikonsumsi.
Bukannya membaik, Demam tinggi yang dialami isterinya tidak kunjung
turun. Isterinya justru mengalami batuk dan sesak napas.
Amri kemudian membawa isterinya ke RS Damian untuk opname. Ketika masuk
pertama minta cek lengkap, rontgen. Paru-parupun masih baik.
“3 hari sejak hari Jumad sampai hari Minggu, Demam panas tidak turun
turun, bahkan disusul batuk dan sesak napas. Dokter bilang, oksigen dalam darah
menurun. Hari Minggu saya minta cek Hepatitis. Menurut Dokter ada gangguan aliran
pernapasan. Gula normal. Akhirnya kami rontgen ulang. Hasilnya pagi rongseng
ada bercak di paru paru. Ini dokter mulai duga isteri saya sudah terpapar
Korona,” ujar Amry.
Dugaan Dokter ini kemudian dipastikan dengan SWAB test.
“Hasilnya isteri saya terkonfirmasi Covid-19. Saya disampaikan hasilnya.
Saya hanya mampu mengikuti kata Dokter, karena itulah yang terbaik untuk Kesehatan
isteri saya. Karena indiskasi menjurus ke sana, kami ikuti. Isteri saya masuk
isolasi, hari Minggu, 10 November 2020,” ujar Amry.
Amry mengatakan, Selama seminggu di rawat di ruang isolasi, kondisi MNDS
isterinya membaik. Kondisi fisiknyapun berubah normal. Dokter kemudian menyarankan
untuk Kembali ke rumah.
Sedangkan, pada saat tim medis menjalankan tracing contact, Amry
sang suami dari pasien terkonfirmasi Covid-19 dinyatakan negative hasil SWAB
test.
Karena itu, dirinya meminta agar dirinya bersama keluarga pasien
Covid-19 tidak didiskriminasi. Iapun meminta pemerintah juga memberikan
sosialisasi tentang masa incubasi Covid-19, dan bagaimna cara menjalankan
protokol Kesehatan tanpa mendiskriminasi keluarga pasien Covid-19.
“kami juga butuh dukungan masyarakat untuk bisa sehat dan Kembali ke
masyarakat,” ujar Amry.
Jangan Main-Main Dengan Covid-19
Hingga saat ini, MNDS tidak mengerti dari mana dirinya kemudian terpapar
virus Korona. Namun baik Amry dan isterinya menduga, isterinya terpapar korona
dari aktivitasnya berbelanja ke pasar.
“saya duga sudah banyak Orang Tanpa Gejala (OTG) di tempat-tempat umum. Saya
minta kita jangan main-main dengan protokol Kesehatan; jaga jarak, selalu cuci
tangan dengan air mengalir dan sabun, pakai masker dan beristirahat yang cukup,”
ujar Amry.
Amry mengapresiasi upaya tim medis RSUD Lewoleba, terutama tim dokter yang
berada di ruang isolasi RSUD Lewoleba yang bekerja maksimal untuk kesembuhan isteri
tercintanya.
“Para medis yang mengenakan hazmat. Mereka gerah dan kepanasan tetapi
demi merawat pasien Covid-19 dan untuk melindungi diri mereka, protap itu harus
jalan. Tidak berhenti di situ. Perawat yang merawat isteri saya sampai saat ini
masih di karantin di RSUD,” ujar Amry. Ia menggambarkan kondisi tenaga medis yang
merawat isterinya.
Ia berpesan, agar warga tidak berpolemik dengan anjuran-anjuran yang
dikeluarkan Pemerintah.
“saya tidak minta orang harus percaya, tetapi apa yang saya alami sendiri
ini membuktikan, meskipun isteri saya tidak pernah di serang penyakit asma,
tetapi sakit itu divonis Dokter sebagai Covid-19. Dan kita akan dirawat oleh
perpanjangan tangan pemerintah yang bekerja di Rumah sakit,” ujar Amry.
Ia merasa beruntung karena isterinya tidak memiliki penyakit penyerta
yang dapat memperburuk kondisi kesehatannya. Setelah berjuang saat isterinya di
rawat di RSUD Lewoleba, kini Amry bersama keluarga tengah menjalani masa
karantina selama 14 hari. (*S/Hj).